KONDISI TATA AIR TAHUN 2014 PADA CATCHMENT AREA SUNGAI AHAN DAS BARITO
Secara administratif pemerintahan, Catchment Area Sungai Ahan terletak di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan dan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Loksado meliputi 2 desa yaitu Desa Lumpangi dan Desa Hulu Banyu. Adapun secara hidrologis Daerah Tangkapan Air (DTA) Sungai Ahan termasuk ke dalam Sub-sub DAS Amandit, Sub DAS Negara, DAS Barito, sedangkan secara geografis terletak antara 115o 24’ 07” hingga 115o 27’ 15” BT dan 2o 48’ 15” hingga 2o 50’ 15” LS.
Berdasarkan hasil Inventarisasi dan Identifikasi Karakteristik DAS Barito Tahun 2003 luas wilayah Sub-Sub DAS Amandit adalah 117.921,264 Ha yang mengalir ke sungai Negara untuk kemudian langsung menuju ke Sungai Barito dan bermuara ke Laut Jawa.
Pada Sub-Sub DAS Amandit telah terpasang Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) sejak tahun 2005 yang terletak pada Catchment Area Ahan (Sungai Ahan) Desa Lumpangi Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan luasan Daerah Tangkapan Air (DTA) + 1.106,911 Ha.
Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai pengatur tata air dapat berfungsi sebagai pengendali banjir secara alami dimusim hujan dan mengurangi kekeringan dimusim kemarau, karena sejumlah air tanah yang tersimpan selama musim hujan merupakan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan DAS di musim kemarau.
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk tekanan terhadap hutan dan lahan juga semakin besar, hal tersebut mengakibatkan terjadinya degradasi hutan dan lahan sehingga jumlah DAS yang memerlukan penanganan serius semakin banyak, bencana banjir dan kekeringan semakin meluas, oleh karena itu semua permasalahan tersebut harus dicari akar penyebabnya, sehingga pemantauan sungai dan sedimentasi menjadi penting. Penurunan penutupan lahan memberikan implikasi terhadap perubahan tata air di dalam suatu DAS, untuk memberikan data yang akurat tentang perubahan-perubahan tersebut memerlukan dukungan data dari lapangan yang akurat dan lengkap.
Proses-proses biofisik hidrologis DAS merupakan proses alami sebagai bagian dari suatu daur hidrologi atau yang dikenal sebagai siklus air. Semakin meningkatnya tuntutan atas sumberdaya alam (air, tanah, dan hutan) yang disebabkan meningkatnya pertumbuhan penduduk maka membawa akibat pada perubahan kondisi tata air DAS.
Perubahan kondisi daya dukung DAS sebagai dampak pemanfaatan lahan yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air dapat mengakibatkan peningkatan erosi dan sedimentasi, penurunan penutupan vegetasi, dan percepatan degradasi lahan.
Mengingat peranan dan fungsi DAS sangat penting bagi kehidupan manusia secara luas, maka pengelolaan DAS perlu dilaksanakan secara terus-menerus dan terpadu. Salah satu usaha dalam rangka pengelolaan DAS adalah kegiatan Monitoring dan Evaluasi tata air di wilayah DAS yang bersangkutan.
Dengan kegiatan Monitoring dan Evaluasi tata air akan diketahui kondisi DAS berdasarkan kriteria, indikator, parameter serta standar nilai dalam pelaksanaan monitoring tata air. Monitoring dan Evaluasi tata air ini dilakukan pada Catchment Area Sungai Ahan yang mempunyai Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS).
Keadaan penutupan lahan pada Catchment Area Sungai Ahan didominasi oleh pertanian lahan kering campur seluas 1.084,911 Ha, dan memiliki jenis tanah yang didominasi oleh jenis Komp.Podsolik Merah Kuning seluas 1.096,646 Ha dan topografi dominan Agak Curam seluas 324.995 Ha.
Sepanjang tahun 2014 Catchment Area Sungai Ahan cenderung masuk kedalam bulan kering karena jumlah curah hujan bulanan < 60 mm sebanyak 7 (tujuh) bulan yaitu bulan Februari, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober dan Nopember. Curah hujan dari bulan Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 sebesar 576 mm dengan jumlah hari hujan 108, sedangkan rata-rata curah hujan bulanan 48 mm dengan rata-rata hari hujan sebanyak 9 hari hujan. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan Maret yaitu sebesar 85,40 mm dengan jumlah hari hujan 16 hari.
Untuk mengetahui perubahan kondisi daya dukung DAS terkait dengan kualitas, kuantitas dan kontinuitas aliran air menurut ruang dan waktu, maka gambaran kondisi tata air berdasarkan sub kriteria sebagai berikut Koefisien Regim Aliran (KRA), Koefisien Aliran Tahunan (KAT), Muatan Sedimen (MS), Banjir dan Indeks Penggunaan Air (IPA).
Koefisien Regim Aliran (KRA) Catchment Area Sungai Ahan yang dihasilkan dari perbandingan nilai Qmax dengan Qa berkisar antara 0,00 sampai dengan 2,61 dengan rata-rata nilai KRA tahunan 14,27 sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah tangkapan air Catchment Area Sungai Ahan masih baik perannya sebagai media memproses air hujan menjadi aliran, karena KRA yang diperoleh dalam kisaran 10<KRA≤15.
Koefisien Aliran Tahunan pada Catchment Area Sungai Ahan sebesar 0,58 mm/th sehingga dapat dikatakan bahwa limpasan tahunan riil sudah tidak terkendali.
Kadar muatan sedimen Catchment Area Sungai Ahan dinyatakan dalam besaran laju sedimentasi (Qs) yang paling besar terjadi pada bulan Januari 2014 sebesar 7,979 ton/ha/th dengan TMA 0,25 m, sedangkan laju sedimentasi yang terkecil terjadi pada bulan Agustus, September, Oktober, dan Nopember 2014 sebesar 0,00 ton/ha/th dengan rata-rata TMA 0,00 m, dengan total sedimen tahun 2014 sebesar 17,903 ton/ha/th. Nilai Qs dalam ton/ha/th dikonversikan menjadi Qs dalam mm/th menghasilkan nilai tebal endapan sedimen yaitu sebesar 23,275 mm/th. Hal ini menunjukkan keadaan Sungai Ahan dalam keadaan tidak sehat, dikarenakan banyaknya material aliran sedimen yang terangkut keluar dari DAS, dan endapan sedimen pada badan-badan air dalam jumlah yang besar.
Catchment Area Sungai Ahan tidak memiliki frekuensi kejadian banjir yang mengkhawatirkan, karena berdasarkan pengamatan frekuensinya kecil yaitu 1 kali dalam 2 tahun masuk kedalam kelas Sedang. Dan pada tahun 2014 ini, tidak terjadi banjir di sekitar Catchment Area Sungai Ahan, Sub Sub DAS Amandit, Sub DAS Negara, DAS Barito.
Nilai Indeks Penggunaan Lahan (IPA) Catchment Area Sungai Ahan Tahun 2014 sebesar 0,00010 sehingga masuk kategori kelas sangat rendah dengan skor 0,5 yang berada pada kisaran nilai IPA ≤ 0,25. Hal ini menunjukkan bahwa Sungai Ahan masih menghasilkan air yang keluar dari DAS untuk wilayah hilirnya dan terhindar dari bencana kekeringan tahunan.
Dari kenyataan diatas, didapat bahwa kondisi vegetasi penutupan catchment area Sungai Ahan, Sub-Sub DAS Amandit, Sub DAS Negara, DAS Barito sudah mengalami perubahan signifikan dan kearah yang cukup membahayakan dalam kurun waktu 2012-2014, sehingga perlu dilakukan monitoring dan evaluasi penutupan lahan.
Oleh : Widiya Ningsih, S.Hut (Pengendali Ekosistem Hutan)