MENGHIJAUKAN (KEMBALI) TAHURA SULTAN ADAM

MENGHIJAUKAN (KEMBALI) TAHURA SULTAN ADAM

Oleh : Giri Suryanta, MSc.

Panorama landskap Tahura Sultan Adam (Foto oleh : Perdana, 2016)

Panorama landskap Tahura Sultan Adam (Foto oleh : Perdana, 2016)

Taman Hutan Raya atau disingkat dengan TAHURA merupakan kawasan yang memiliki suatu ciri khas tersendiri, baik asli maupun buatan yangmana dapat menempati pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun sudah berubah untuk dimanfaatkan bagi kepentingan umum sebagai tujuan penelitian, ilmu pengetahuan dan pendidikan juga sebagai fasilitas yang menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Berdasarkan Keppres RI Nomor 52 tahun 1989 tanggal 18 Oktober 1989 bahwa Tahura Sultan Adam mempunyai luas kurang lebih 112.000 Ha, menempati astronomis 114º 54’ – 115º 10’ BT dan 3º 20’ – 3º 45’ LS. Sedangkan secara administratif meliputi dua Kabupaten yaitu Kab. Banjar (Kec. Aranio, Kec. Karang Intan) dan Kab. Tanah Laut (Kec. Pelaihari, Kec. Batu Ampar, Kec. Jorong dan Kec. Kintap).

Suatu kawasan taman hutan raya dikelola berdasarkan rencana pengelolaan yang disusun atas kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Keempat aspek tersebut tentunya mempertimbangkan keberadaan keanekaragaman hayati khas Tahura Sultan Adam sebagai tahura bercorak hutan hujan tropis basah (tropical rainforest humid) yang mendapatkan curah hujan sepanjang tahun sehingga dapat menjaga kelembaban hutan tropis tersebut. Adapun keragaman floranya antara lain : meranti (Shorea spp.), ulin (Eusideroxylon zwageri), kahingai (Santiria tomentosa), damar (Dipterocarpus spp.), pampahi (Ilexsimosa spp.), kuminjah laki (Memecylon leavigatum), keruing (Dipterocarpus grandiflorus), mawai (Caethocarpus grandiflorus), jambukan (Mesia sp.) dan kasai (Arthocarpus kemando). Sedangkan keragaman faunanya antara lain meliputi : bekantan (Nasalis larvatus), owa-owa (Hylobates muelleri), lutung merah (Presbytis rubicunda), beruang madu (Helarctos malayanus), rusa (Cervus unicolor), kijang merah (Muntiacus muntjak), kijang mas (Muntiacus atherodes), pelanduk (Tragulus javanicus), landak (Hystrix brachyura), musang air (Cynogale benetti), macan dahan (Neofelis nebulosa), kuau/harui (Argusianus argus), rangkong badak (Buceros rhinoceros), enggang (Berenicornis comatus), elang hitam (Ictinaetus malayensis), elang bondol (Haliastur indus), raja udang sungai (Alcedo atthis) dan raja udang hutan (Halycon chloris).

Solum tanah di areal perbukitan Tahura Sultan Adam yang bercampur dengan batuan induk dan banyak ditemukan outcrops di atas permukaan tanah

Solum tanah di areal perbukitan Tahura Sultan Adam yang bercampur dengan batuan induk dan banyak ditemukan outcrops di atas permukaan tanah

Kondisi biogeofisik kawasan Tahura Sultan Adam mempunyai jenis tanah podsolik merah kuning, latosol dan litosol dengan ketebalan yang tidak terlalu dalam (solum tanah tipis) dan banyak ditemukan kemunculan bebatuan dasar (outcrops) sehingga pepohonan setempat mempunyai tingkat perakaran yang tidak dalam. Namun pada bentuklahan lembah perbukitan mempunyai solum tanah yang lebih tebal dikarenakan deposit rombakan tanah dari areal di atasnya.

 

 

 

 

 

Alur kecil di perbukitan Tahura Sultan Adam yang mengalirkan air yang deras, jernih dan segar

Alur kecil di perbukitan Tahura Sultan Adam yang mengalirkan air yang deras, jernih dan segar

Percampuran antara bebatuan, tanah dan vegetasi tersebut membentuk ciri khas tersendiri dalam menangkap dan menampung air hujan sehingga permukaan tanah, lereng bukit dan cekungan di Tahura Sultan Adam banyak ditemui rembesan air (seepages) yang sangat jernih dan segar. Hal demikian dapat dijadikan indikator tingkat keberlangsungan hidrologi alami Tahura Sultan Adam dengan menemukenali jumlah, kualitas dan kontinyuitas rembesan air tersebut. Jika jumlahnya dan kualitasnya menurun maka dapat disimpulkan menurunnya tingkat penyimpanan air tanah di tahura. Jika kontinyuitas rembesan airnya menurun, hanya mengalir saat musim penghujan saja, maka tingkat penyimpanan air tanahnya tidak cukup untuk keperluan/kebutuhan pada saat musim kemarau. Daya tampung air tanah pada akuifer di kawasan Tahura Sultan Adam dapat dipulihkan hanya dengan memperluas tutupan vegetasi di atasnya. Pohonlah yang bisa menangkap dan mengalirkan air hujan secara perlahan ke dalam tanah untuk kemudian menjadi air tanah dan dialirkan secara periodik ke daerah yang lebih rendah melalui seepages, mata air, alur-alur kecil, air terjun, sungai kecil dan seterusnya.

Tanaman RI 1 Ir. H. Joko Widodo dengan jenis gaharu (Aquilaria malaccensis) di Tahura Sultan Adam

Tanaman RI 1 Ir. H. Joko Widodo dengan jenis gaharu (Aquilaria malaccensis) di Tahura Sultan Adam

Penanaman pohon dalam berbagai skema yang diprogramkan oleh Pemerintah menjadi obat bagi kekritisan lahan di Tahura Sultan Adam saat ini. Program yang dimaksud antara lain melalui reboisasi, penghijauan sekitar kawasan, rehabilitasi DAS, corporate social responsibility  dan juga aksi-aksi penanaman yang dilakukan oleh yayasan, lembaga non-pemerintah, perkumpulan, paguyuban dan lain sebagainya. Hal ini perlu dikondisikan untuk didukung sepenuhnya guna memulihkan kondisi tutupan vegetasi di Tahura Sultan Adam agar rimbun kembali, rindang kembali dan hijau kembali seperti sedia kala demi ketersediaan air alami untuk kelangsungan hidup ekosistem setempat dan masyarakat pada umumnya. Pencanangan pemulihan tutupan vegetasi di Tahura Sultan Adam telah dilakukan oleh Presiden RI Ir. H. Joko Widodo dalam puncak acara Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) tahun 2015 yang lalu.

You may also like...

WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien