Peningkatan Kapasitas Kelompok dan Temu Usaha Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang selanjutnya disingkat RHL adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan guna meningkatkan daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam menjaga sistem penyangga kehidupan (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 23 Tahun 2021).


Salah satu tugas pokok dan fungsi dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Barito (BPDAS Barito) adalah pelaksanaan RHL.  Untuk tahun anggaran 2024, BPDAS Barito melaksanakan program RHL sebagaimana pada tabel berikut:

No Kegiatan Lokasi Luas (Ha) Tipe Pelaksanaan  Kelompok Tani
1. Pemeliharaan RHL (P2) Desa Batuah, Kecamatan Sengayam Kab. Kotabaru 2.500 Swakelola Tipe 1
2 Pemeliharaan RHL (P1) Desa Hinas Kiri, Kecamatan Batang Alai Timur, Kab. Hulu Sungai Tengah 1.100 Swakelola Tipe 4 KTH Sukamaju
3 Penanaman RHL (P0) Desa Belimbing Baru, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Banjar 150 Swakelola Tipe 4 KTH Rindang Berkah Jaya
Desa Sumber Baru, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Banjar 40 Swakelola Tipe 4 KTH Gunung Batu Bemadu
Desa Kahelaan, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Banjar 40 Swakelola Tipe 4 KTH Bukit Aih
Desa Hakim Makmur, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Banjar 120 Swakelola Tipe 4 KTH Munggu Raya
Desa Sepapah, Kecamatan Sampanahan, Kabupaten Kotabaru 100 Swakelola Tipe 4 KTH Sepakat Maju
Total 8.100    

Untuk meningkatkan pemahaman dari pengurus kelompok tani perihal pelaksanaan kegiatan RHL swakelola tipe 4 dilaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas kelompok RHL dan Temu Usaha RHL.  Dengan adanya peningkatan pemahaman ini, diharapkan ada awareness terkait kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan peraturan yang berlaku, sehingga pekerjaan dilaksanakan dengan benar dan baik.  Bersamaan dengan kegiatan ini juga dilaksanakan kegiatan Temu Usaha RHL, dimana para pelaksana kegiatan RHL di Lingkup BPDAS Barito dipertemukan dengan pelaksana kegiatan RHL yang sudah berhasil, sehingga bisa lebih memberikan motivasi agar pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan baik karena dapat memberikan dampak ekonomi yang nyata.  Kegiatan peningkatan kapasitas kelompok RHL dan temu usaha RHL diperlukan sebagai wadah untuk memfasilitasi para pengurus kelompok tani hutan pelaksana RHL di wilayah kerja BPDAS Barito untuk meningkatkan kemampuan dan mendapatkan motivasi agar pelaksaan RHL yang dikerjakan dapat berhasil.  Tidak hanya kelompok tani, namun para pendamping pelaksana kegiatan juga perlu dilibatkan agar tujuan kegiatan bisa sinergis dan selaras dengan target yang diinginkan dari kegiatan RHL. 


Peningkatan kapasitas kelompok RHL dan temu usaha RHL dilaksanakan selama 4 (empat) hari mulai tanggal 20 sampai dengan 23 November 2024 di wilayah kerja BPDAS Serayu Opak Progo, D.I Yogyakarta.  Pemilihan D.I Yogyakarta sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan dengan pertimbangan bahwa disana terdapat contoh yang kompleks terkait pelaksanaan RHL yang sudah menghasilkan secara finansial.  Adapun pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:


1. Kunjungan ke Tebing Breksi

Tebing breksi merupakakan bekas tambang batu kapur yang beralih fungsi menjadi tempat wisata yang berada di D.I. Yogyakarta.  Hal ini memotivasi para peserta kegiatan bahwa untuk memanfaatkan alam tidak hanya bisa dari diambil hasil buminya saja, namun bisa juga melalui pemanfaatan jasa lingkungan dalam hal ini yaitu wisata alam.

Gambar 1. Kunjungan ke Tebing Breksi

2. Pembelajaran dari Rehabilitasi Bukit Menoreh

Merupakan mandat Presiden Joko Widodo agar dapat dilakukan perbaikan lingkungan di kawasan Bukit Menoreh Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Dilakukanlah kegiatan rehabilitasi dengan skema multi-partnership yaitu pemerintah, masyarakat dan perusahaan pemegang izin pemanfaatan kawasan hutan (IPPKH).  Dengan keterlibatan multi-pihak ini diharapkan semua pihak bisa berperan dalam keberhasilan pelaksanaan kegiatan.


Salah satu IPPKH yang melaksanakan kegiatan rehabilitasi di kawasan ini adalah PT. Borneo Indo Bara (BIB).  Dalam rangka percepatan pelaksanaan rehabilitasi, PT. BIB yang memiliki IPPKH di wilayah kerja BPDAS Barito, namun pelaksanaan kewajiban Rehabilitasi DAS-nya dilaksanakan di Menoreh. Kegiatan Rehabilitasi DAS yang dilakukan oleh PT. BIB di Menoreh sudah memasuki tahap pemeliharaan tahun ke-2.  Adapun jenis tanaman yang dikunjungi saat di lokasi adalah jenis alpukat.  Beberapa tanaman alpukat sudah ada yang berbuah.  Faktor yang mendukung pertumbuhan alpukat yaitu dari pemilihan jenis bibit, kesuburan tanah dan intensitas pemeliharaan.  


Gambar 2 dan 3. Diskusi bersama masyarakat dan penanaman bersama


Dalam kesempatan ini juga dilaksanakan penanaman bersama di lokasi RHL Desa Menoreh. Adapun jenis bibit yang ditanam adalah alpukat dan durian bawor dengan tinggi tanaman kurang lebih 1 meter. 



Gambar 4,5 dan 6. Penananaman bersama


Pupuk yang digunakan dalam pemeliharaan tanaman berasal dari produksi sendiri.  Ini juga  merupakan program yang berkesinambungan dimana di KTH ini pernah menerima bantuan ternak kambing etawa.  Dengan adanya bantuan ternak ini, banyak masyarakat yang beternak kambing dengan hasil sampingan berupa kotoran kambing.  Kemudian, Pemerintah Desa mengusulkan untuk bantuan pengadaan alat pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk.  Dengan adanya pengolahan ini, maka pupuk untuk kebutuhan kegiatan pelaksanaan rehabilitasi DAS dapat dipenuhi secara mandiri. 



Gambar 6,7 dan 8. Produk dan proses produksi pupuk kandang organik


3. Hasil Kopi yang Mencukupi

Salah satu tanaman sela yang digunakan dalam kegiatan rehabilitasi DAS adalah kopi.  Kopi yang awalnya memang di desain sebagai tanaman sela untuk mendukung perekonomian masyarakat selama menunggu masa panen tanaman utama malah menjadi tren dan mencukupi kebutuhan para petani.  Perlu Untuk pengembangan kapasitas para pengurus dan anggota kelompok untuk mengetahui proses pengolahan dan pemasaran kopi maupun produk turunannya. Kunjungan ke Kopi Seplawan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah merupakan sebuah pengalaman yang cukup berarti bagi para peserta kelompok tani.  Disana diberikan motivasi untuk menjadikan kegiatan berhasil dengan modal seminimal mungkin, sehingga para peserta dapat terbuka wawasan dan keinginan agar kegiatan RHL yang dilaksanakan di masing-masing desa bisa berhasil. 

Gambar 9. Paparan pembelajaran dari agroforestry kopi


Dalam kesempatan ini juga diajarkan teknik membuat kopi, mulai dari penyiapan biji, pemanggangan hingga menjadikan biji kopi menjadi kopi bubuk yang siap diseduh.  Teknik dasar penyeduhan kopi juga diajarkan oleh narasumber yaitu Bpk. Sugiharto, ST, MT.  Bahkan, dalam paparan beliau, juga disampaikan bagaimana menjaga kualitas produk hingga memasarkan produk yang bisa diakui secara nasional hingga internasional.

Gambar 10. Pemberian souvenir untuk peserta aktif


Materi yang disampaikan oleh narasumber bapak Sugiharto cukup komprehensif dan memberikan motivasi bagi para petani agar dapat memanfaatkan lahan yang dimiliki semaksimal mungkin dengan pengaturan dan penyesuaian lingkungan agar tanaman yg dipelihara dapat menghasilkan dengan maksimal. 

Gambar 11. Foto bersama di Kopi Seplawan


4. Pembelajaran Kisah Sukses dari BPDAS Serayu Opak Progo

Kegiatan peningkatan kapasitas dan temu usaha RHL menjadi penting apabila para anggota kelompok tani masih belum memiliki kesadaran yang cukup tinggi dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan RHL yang mereka lakukan.  Di BPDAS Serayu Opak Progo kami menerima pembelajaran dan pendekatan bagaimana masyarakat di Desa Menoreh dapat menerima bahkan mendukung pelaksanaan kegiatan RHL.  Berawal dari Intruksi Presiden RI terkait pengembangan Destinasi Pariwisata Super Prioritas  (DPSP) dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan ekosistem produktif di Wilayah Jalur Menoreh, maka Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan arahan bahwa pelaksanaan penanaman dalam rangka Rehabilitasi DAS oleh pemegang Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH). Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh BPDAS Serayu Opak Progo adalah membangun model rehabilitasi DAS yang mendukung pengembangan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui Rehabilitasi berbasis ekosistem produktif di Wilayah Jalur Menoreh sebagai berikut:


a. Melakukan Substitusi tanaman Fastgrowing dengan Tanaman buah-buahan berdaur panjang

b. Mengembangkan pola Agroforestry dengan pendekatan pengolahan lahan di tingkat petani dengan jarak tanam yang diatur secara fleksibel mengikuti bentuk lahan, pemanfaatan lahan, dan pelaksanaan penanaman

c. Mengembangkan pola konservasi tanah dan air serta penataan lahan yang lebih menjamin ketahan lereng dan sesuai dengan tipe landskap Bukit Menoreh

d. Mengutamakan jenis tanaman tanaman buah dengan nilai ekonomi tinggi

e. Mendorong pelaksanaan kegiatan secara swakelola masyarakat dengan pendampingan/supervisi intensif oleh petugas/penyuluh.


Gambar 12 dan 13. Suasana pembelajaran di BPDAS Serayu Opak Progo


Meski dengan kondisi pertumbuhan tanaman yg bervariasi, namun pertumbuhan tanaman di lokasi RHL Desa Menoreh cukup bagus.  Hal yang paling mendukung dari keberhasilan pertumbuhan tanaman ini salah satunya adalah animo masyarakat yang cukup tinggi untuk menanam dan memelihara.  Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa contoh tanaman yang mulai menghasilkan, sehingga masyarakat mulai menunjukan minat untuk menanam. 

Gambar 14. Foto bersama di BPDAS Serayu Opak Progo
 
kontributor: (NeZ, 2025)

Mungkin Anda juga menyukai

WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien